Salah satu masalah yang sering dikeluhkan guru adalah kecilnya gaji yang diterima tiap bulan. Memang jika dibandingkan dengan profesi lain, untuk seseorang yang baru lulus, dalam konteks guru lebih kecil dibandingkan dengan bidang lain, finansial misalkan. Dampak dari hal ini adalah guru mungkin akan sering membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki gaji lebih besar atau malah memiliki kepercayaan diri yang rendah oleh karena masalah gaji ini.
Syukurnya terdapat solusi untuk menaikkan gaji guru tiap bulannya, yakni selain mencari kesempatan untuk naik jabatan, bisa melalui sertifikat pendidik atau sertifikasi guru. Dengan berhasil mendapatkan sertifikat pendidik, akan ada bonus tunjangan yang didapatkan tiap bulannya. Sangat menarik, bukan? Lantas, bagaimanakah cara mendapat sertifikat pendidik? Dengan mengikuti sertifikasi guru. Simak penjelasan di bawah ini.
Apa Itu Sertifikat Pendidik
Sertifikat pendidik atau sertifikasi guru merupakan bukti formal yang diberikan kepada guru sebagai pengakuan guru sebagai tenaga profesional. Guru merupakan sebuah profesi, layaknya profesi lainnya yang juga membutuhkan pendidikan profesi agar layak dikatakan sebagai profesional.
Misalnya, seorang dokter harus melalui tahap pendidikan profesi agar bisa menjadi dokter, demikian pula seorang guru harus melalui tahap pendidikan profesi agar bisa layak disebut sebagai guru.
Perlu diketahui bahwa sertifikasi guru bukanlah sertifikat pada umumnya. Sertifikasi guru bukanlah sebuah sertifikat yang kita dapatkan kita mengikuti sebuah webinar. Atau sertifikasi guru juga bukanlah sertifikat yang kita dapatkan ketika selesai menjadi pembicara. Selain itu, sertifikasi guru juga bukanlah sertifikat yang kita dapatkan saat selesai mengikuti kegiatan kursus atau diklat yang dilaksanakan berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Manfaat Mendapatkan Sertifikasi Guru
Jika demikian, mengapa kita harus mendapatkan sertifikasi guru? Apa manfaatnya sertifikasi guru untuk guru itu sendiri? Manfaatnya adalah selain mendapatkan bukti formal dari profesionalitas seorang guru, guru juga akan mendapatkan gelar Gr. di akhir namanya selain gelar yang didapatkan saat lulus kuliah. Selanjutnya, dengan sertifikat pendidik atau sertifikasi guru, peluang untuk lolos seleksi PNS juga lebih besar. Menarik, bukan?
Selain itu, ada yang lebih menarik, yakni sertifikasi guru juga akan membawa tunjangan 1 kali gaji pokok sesuai golongan bagi pegawai negeri sipil (PNS). Selain itu, bagi guru yang bekerja di sekolah swasta atau non-PNS, akan mendapatkan tunjangan gaji 1,5 juta per bulannya di luar gaji pokok. Sebagai contoh:
Adi adalah seorang guru PNS yang bekerja di SD Negeri 1. Gaji pokoknya adalah Rp3.000.000. Tahun ini Adi menyelesaikan tahapan sertifikasi guru. Oleh karena itu, jumlah gaji Adi sekarang adalah 2 kali gaji pokok, yakni Rp6.000.000 (diluar tunjangan dari sekolah, jika ada).
Ani adalah seorang guru non-PNS yang bekerja di suatu sekolah swasta. Gaji pokoknya adalah Rp4.500.000. Tahun ini Ani menyelesaikan proses sertifikasi guru sehingga total gaji yang ia dapatkan per bulannya adalah Rp6.000.000 (diluar tunjangan dari sekolah, jika ada).
Cara Mendapatkan Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru dapat didapatkan melalui program PPG (Pendidikan Profesi Guru). Apakah guru honorer bisa mengikuti program PPG ini juga? Agar dapat mengikuti program PPG di tahun 2022 ini, persyaratannya adalah sebagai berikut:
- Telah menyelesaikan studi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D4) yang linier dengan pilihan bidang studi PPG yang akan diikuti
- Guru di lingkungan Kemdikbudristek yang belum mengikuti program sertifikasi guru
- Terdaftar pada data pokok Pendidikan Kemdikbudristek.
- Memiliki NUPTK.
- Aktif mengajar selama 2 tahun terakhir
- Berusia maksimal 58 tahun per 31 Desember 2022
- Sehat jasmani dan rohani
- Bebas NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya)
Selanjutnya, persyaratan administrasinya adalah sebagai berikut:
- Hasil scan asli ijazah S1 atau D4, boleh fotokopi legalisir dari Perguruan Tinggi terkait
- Hasil scan asli Surat Keterangan Pengangkatan Pertama sebagai guru, boleh fotokopi legalisir dari Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota
- Hasil scan asli Surat Keterangan Kenaikan pangkat terakhir bagi guru PNS atau Surat Pengangkatan 2 tahun terakhir bagi guru non-PNS, boleh legalisir dari Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota bagi PNS, dan Ketua Yayasan untuk Guru Tetap Yayasan atau Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota/BKD bagi guru non-PNS di sekolah negeri.
- Hasil scan asli Surat Keterangan pembagian tugas mengajar 2 tahun terakhir, boleh legalisir dari kepala sekolah
- Hasil scan pakta integritas yang ditandatangani dan diberi meterai 10.000 (format bisa diakses di sini: Pendaftaran PPG)
Lama Waktu yang Dibutuhkan
Bagi calon guru yang merupakan lulusan program S1 kependidikan dan non-kependidikan, pogram PPG akan dilakukan selama 1 tahun atau 2 semester dengan beban studi 36 SKS. Selain itu, bagi guru dalam jabatan atau yang sudah menjadi guru, waktu yang dibutuhkan 2 bulan 16 hari, secara spesifik 16 hari untuk mengikuti pelatihan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), dan 2 bulan untuk PKM (Pemantapan Kemampuan Mengajar) di sekolah.
Apakah Sulit Atau Mudah
Tantangan yang pertama ditemui adalah mengenai kualifikasi akademik. Tidak semua guru bisa mengikuti PPG mengingat sekarang mungkin karena kebutuhan ada guru yang mengajar lulusan SMA atau SMK di suatu daerah. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk terlebih dahulu memiliki kualifikasi akademik yang cukup, yakni D4 atau S1 sebelum mengikuti program PPG.
Selanjutnya, tantangan yang mungkin ditemui adalah pihak sekolah yang tidak mendaftarkan guru pada data pokok Pendidikan Kemdikbudristek. Atau seorang guru mungkin hanya bersifat paruh waktu atau honorer sehingga tidak memiliki NUPTK. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk dapat berdiskusi dengan pimpinan sekolah atau kepala sekolah jika berminat untuk mengikuti program sertifikasi guru. Biasanya sekolah akan mengumumkan mengenai ini kepada guru-guru yang memiliki kualifikasi.
Secara umum, jika persyaratan sudah terpenuhi, mengikuti program PPG sama seperti mengikuti program profesi lainnya. Akan ada tantangan yang dihadapi. Tetapi, dalam mengikuti PPG, guru akan meninggalkan kewajibannya di sekolah; artinya tanggung jawab di sekolah akan sementara diurus oleh guru lain dengan diaturkan oleh pimpinan sekolah. Ini berarti seorang guru dapat mengikuti program PPG dengan fokus tanpa ada beban pikiran dari sekolah.
Cara Manajemen Waktu Selagi Studi Profesi
Dalam mengikuti program PPG, penting bagi guru untuk memiliki manajemen waktu yang baik agar setiap tanggung jawab bisa dipenuhi dengan baik. Mengikuti program PPG adalah seperti mengikuti perkuliahan lagi, tetapi dengan lebih banyak praktik di lapangan. Oleh sebab itu, jika seorang guru tidak memiliki manajemen waktu yang baik, maka akan sulit baginya untuk dapat mengatur kapan harus belajar, mengerjakan tugas, dan mempersiapkan praktik di lapangan.
Selain itu, manajemen waktu yang baik juga dapat menolong guru dalam mendapatkan hasil belajar yang maksimal setelah mengikuti program PPG. Seorang guru bisa saja mengikuti program PPG tetapi tidak lulus profesi oleh sebab hasil belajar yang kurang memuaskan. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi, bukan? Ada 3 tips baik dalam manajemen waktu:
Tips pertama dalam manajemen waktu adalah membuat do date, bukan hanya sekadar due date. Artinya, alih-alih menuliskan tenggat waktu saja, guru bisa menuliskan tahapan pencicilan dari suatu tugas atau tanggung jawab dalam setiap harinya. Misalnya, dalam mempersiapkan ujian, perlu dicicil untuk mempelajari tiap modulnya setiap harinya. Ini menolong guru dapat memaksimalkan waktu di tiap hari, mencegah adanya waktu yang ‘terbuang’ sia-sia.
Tips kedua, catat setiap tanggal do date dan due date dalam sebuah catatan, bisa dalam bentuk buku maupun digital menggunakan bantuan sebuah aplikasi. Ini penting dilakukan karena semua manusia bermasalah dengan hal ‘lupa.’ Tidak heran tahap pertama kognitif dari Taksonomi Bloom adalah ‘mengingat’ karena semua berawal dari tidak lupa. Dengan demikian, otak kita akan memiliki ruang untuk berpikir karena urusan mengingat, sudah dicatat di suatu media.
Tips ketiga, gunakan bantuan smartphone dalam mencatat tanggal-tanggal penting atau memberikan alarm. Misalnya, jika kalian butuh istirahat 30 menit, maka aturlah waktu alarm dalam 30 menit, agar tidak keterusan istirahatnya. Atau dalam hal belajar, tentu kita tidak ingin mempelajari hanya satu modul berjam-jam bukan? Kita bisa mengatur waktu setiap 30 menit untuk mempelajari tiap modul, dengan waktu istirahat 15 menit di tiap waktunya, misalkan.
Tips Manajemen Tugas
Manajemen tugas berbeda dengan manajemen waktu. Jika dalam manajemen waktu yang diatur adalah waktu, dalam menajamen tugas yang diatur adalah tugas. Manajemen tugas adalah kemampuan seseorang dalam membagi suatu tugas yang besar menjadi beberapa tugas kecil.
Misalnya, dalam menulis, ini adalah suatu tugas besar yang perlu dipecah menjadi tugas-tugas kecil, seperti (1) membuat topik-topik, (2) menentukan sub-topik dalam tiap topik, (3) mulai menulis, serta (4) mengedit.
Manfaat dari manajemen tugas adalah cara pandang guru terhadap suatu tugas akan menjadi lebih ringan, karena tidak lagi melihatnya sebagai suatu hal yang besar, tetapi hal-hal yang lebih kecil. Sama seperti diminta untuk belajar 1 jam dibandingkan dengan belajar 15 menit, tetapi 4 kali, tentu akan lebih ringan belajar 15 menit, bukan? Ada 3 tips ampuh dalam manajemen tugas:
Tips pertama dalam manajemen tugas adalah membayangkan hasil akhir atau produk dari hal yang akan dilakukan. Dengan membayangkan hasil akhir, guru akan memiliki tujuan jangka panjang yang akan membantu dalam membayangkan tujuan jangka pendek untuk mencapainya.
Tips kedua, sama seperti dalam manajemen tugas, tuliskan atau ketik hal-hal apa saja yang tujuan jangka pendeknya. Ini adalah klarifikasi tugas agar guru memiliki kejelasan dalam hal apa yang harus dilakukan. Misalnya, alih-alih menuliskan ‘belajar’, guru bisa lebih spesifik menuliskan ‘belajar modul A selama 30 menit.’
Tips ketiga, buatlah daftar tugas-tugas kecil secara spesifik dengan tidak tergabung. Misalkan, hindarilah menulis ‘belajar A dan belajar B;’ tuliskan keduanya secara terpisah. Ini akan bermanfaat saat guru melakukan check list di catatan yang sudah dibuat. Tentunya check list dua hal terasa lebih berhasil ketimbang check list satu hal, bukan? Ini akan menaikkan kepercayaan diri guru dalam melakukan sesuatu.
Aplikasi Kelas Online yang Membantu
Selanjutnya, dalam menjalani program PPG, biasanya guru akan diminta salah satunya untuk mengajar. Agar lebih seru dan menarik, guru bisa menggunakan salah satu aplikasi kelas online yang mungkin akan membantu. Hal ini karena dalam mengajar, banyak hal yang perlu dikelola oleh guru. Sedangkan, di sisi lain, guru juga harus mengikuti pembelajaran di program PPG ini.
Salah satu aplikasi kelas online yang bisa dicoba guru adalah Teachmint. Aplikasi apa ini dan apa manfaatnya?
Teachmint adalah aplikasi manajemen kelas dan pengajaran yang menggabungkan pengajaran online langsung (sinkronus), manajemen kelas murid & manajemen pembelajaran. Aplikasi ini akan menolong guru untuk mengelola ruang kelas dan melakukan kelas langsung dari rumah atau sekokah dan mengajar secara online dari mana pun! Sangat menarik, bukan?