Learning Management System
End-to-end solution for learning and teaching
Assessments
Create high quality assessments with minimal effort
Fee Management
All the fee management tools you need under a single roof
Student Information System
All your student data at your finger tips in one click
Admission Management
Seamless lead management and admission process digitization
Exam Planner
Plan exams and share schedule seamlessly with all students and teachers
Report Card
Customize, create, download and print your school’s digital report card
Teachpay
Collect school fees in advance and get visibility into your cashflow
Student Tracking System
Keep track of student information, performance, bus-location and attendance.
Teachsmart
Launch NEP Compliant 21st Century Skill Courses

Do’s & Don’ts Mengajar Online

Bagaimana seharusnya guru mengajar pada masa pandemi?

Apakah cara mengajar guru harus tetap sama seperti sebelum masa pembelajaran jarak jauh?

Seperti apa seharusnya pandangan guru terhadap mengajar secara online?

Apakah pembelajaran daring membawa disrupsi terhadap cara mengajar guru?

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan pertanyaan dari banyak pihak, khususnya para guru dan orang tua, di masa pembelajaran jarak jauh ini. Tentu jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mempengaruhi praktik pengajaran di masa ini, yang tentunya akan juga berpengaruh terhadap keberhasilan murid dalam belajar.

Dua tipe guru saat ini

Di masa ini, ada dua tipe guru. Tipe pertama, guru yang tertutup terhadap perubahan. Kedua, guru yang terbuka terhadap perubahan.

Untuk tipe pertama, mereka adalah jenis guru yang tetap bertahan dengan cara berpikir dan praktik yang lama, yaitu sebelum masa pandemi. Mereka tidak mau merubah bagaimana cara mereka mengajar, memberikan materi, mendesain ujian, serta memberikan penilaian.

Pertanyaannya, apakah tipe guru seperti itu akan berhasil di masa ini? Mari kita berpikir dengan akal sehat dengan melihat dari contoh berikut.

Sebelum masa pandemi, beberapa penilaian akhir dilakukan melalui tes tertulis, misalnya dalam pelajaran Matematika. Tes tersebut dilakukan secara individu dan murid tidak diperbolehkan untuk melihat catatan atau buku paket mereka. Selain itu, biasanya murid juga tidak diperbolehkan untuk menggunakan kalkulator. Selanjutnya, guru dalam konteks seperti ini akan mengawasi murid untuk memastikan mereka tidak berbuat curang. Tentu hal ini mudah dilakukan karena guru dan murid berada di satu ruangan yang sama. Guru dapat melihat mereka secara langsung saat sedang menjawab soal ujian.

Tetapi, jika praktik yang sama diterapkan di masa pandemi ini, saat murid sedang mengerjakan ujian, bisakah guru memastikan murid tidak bertanya kepada orang-orang dirumahnya? Atau bisakah guru memastikan mereka tidak membuka buku catatan atau menggunakan kalkulator walau mereka sudah mengaktifkan kamera?

Jawabannya: Tidak bisa! Inilah salah satu urgensi diperlukannya adaptasi oleh sebab keterbatasan dalam hal ruang, yakni guru dan murid berada di tempat yang berbeda-beda dan supervisi tidak bisa dilakukan seperti sebelumnya.

Selanjutnya, bagaimana jika ada murid yang memiliki masalah dengan perangkat, misal tidak dapat menyalakan kamera? Ini adalah suatu hal yang tidak bisa dipaksakan (misal meminta orang tua untuk membelikan perangkat baru untuk memenuhi kebutuhan ini), sebab masa ini adalah masa yang tidak mudah, khususnya bagi para orang tua. Banyak dari mereka yang menurun penghasilannya, bahkan kehilangan pekerjaan. Hendaklah guru tidak menambah lagi beban pagi para orang tua.

Untuk tipe kedua, mereka adalah jenis guru yang adaptif dengan perubahan yang ada. Mereka memiliki hati yang mau belajar, serta merubah cara berpikir dan praktik mereka, baik itu dalam cara mengajar, pemberian materi, pembuatan ujian, serta penilaian. Tipe guru kedua ini adalah tipe guru ideal untuk masa pandemi ini.

Sebagai contoh, alih-alih meminta murid untuk melakukan ujian tertulis, seorang guru bisa saja menggantinya dengan sebuah projek. Selain itu, daripada meminta murid untuk tidak membuka catatan atau tidak bertanya kepada orang tua saat ujian, seorang guru bisa mendesain sebuah ujian dimana murid diharuskan untuk bertanya kepada salah seorang anggota keluarga di rumah. Ini lebih kontekstual jika dibandingkan dengan jenis pembelajaran yang dilakukan oleh guru tipe satu.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita melihat bahwa dibutuhkannya usaha dari guru untuk beradaptasi di masa pembelajaran jarak jauh ini. Oleh karena itu, empat pasang Do’s & Don’ts berikut ini dapat membantu para guru untuk bisa menjadi orang yang adaptif dengan perubahan dan mengajar murid dengan lebih baik di masa ini.

Pertama, perihal penggunaan internet

Do’s: desainlah rangkaian soal-soal atau projek yang membutuhkan pemikiran analitis maupun kritis. Don’ts: jangan larang murid mencari jawaban ujian atau tes dari internet.

Online Teaching
Sumber: Wikimedia Commons

Di dalam membuat soal-soal ujian, usahakan agar soal-soal tersebut tidak berfokus pada tingkatan C1 sampai dengan C3 pada Bloom’s Taxonomy, tetapi C4 sampai dengan C6, yaitu tingkatan berpikir tingkat tinggi (Analisa, Evaluasi, dan Kreasi).

Kedua, soal penggunaan aplikasi pembelajaran

Do’s: milikilah semangat dalam mempelajari aplikasi-aplikasi baru. Don’ts: jangan berada di zona nyaman dalam penggunaan aplikasi.

Mungkin seorang guru sudah nyaman dengan LMS (Learning Management System) yang ada. Tetapi, untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif, seorang guru harus terlebih dahulu menarik perhatian murid, seperti pada tahap pertama dari Gagne’s Nine Event of Instructions. Untuk melaksakan tahap ini dengan baik, biasanya dibutuhkan aplikasi pembelajaran di luar LMS atau permainan digital edukatif.

Ketiga, mengenai bahan atau sumber belajar

Do’s: gunakanlah berbagai macam bahan belajar dan izinkanlah murid menggunakan referensi-referensi di luar yang sudah diberikan oleh guru. Don’ts: jangan menghindari menggunakan bahan atau sumber belajar hanya dari guru.

Sebelum pandemi, bahan belajar hanyalah buku teks. Tetapi, pada pembelajaran daring ini, bahan belajar dapat berupa video, aplikasi, bahkan permainan digital edukatif. Bahan-bahan ini perlu juga dijadikan sebagai referensi materi, tidak hanya dari buku teks.

Keempat, tentang pelaksanaan ujian

Do’s: lakukanlah ujian buka buku (open-book). Don’ts: jangan lakukan ujian tutup buku (close-book).

Seperti yang telah dijelaskan di atas, alih-alih melarang murid untuk membuka buku, lebih baik untuk menggantinya menjadi jenis projek atau mendesain soal dalam tingkatan berpikir tingkat tinggi (HOTS, atau higher order thinking skills).
Harapannya, dengan mempertimbangkan empat hal ini dan menerapkannya, kinerja murid dapat meningkat di masa pandemi ini. Selain membantu murid belajar dengan lebih baik, dengan menerapkan empat hal di atas, seorang guru juga tidak menambah beban orang tua. Terpenting, secara profesional, guru akan meningkatkan keterampilannya dalam mengajar.



Name must have atleast 3 characters
School name must have atleast 3 characters
Phone number must have atleast 7 digits and atmost 15 digits
Please select a role