Kemajuan teknologi memungkinkan pembelajaran hybrid menjadi semakin menarik. Akhir-akhir, sudah banyak institusi pendidikan yang mengadopsi konsep belajar ini karena dinilai lebih menguntungkan, baik bagi murid, guru, manajemen institusi, dan orang tua murid. Bagi pihak pendidik yang masih kurang familiar dengan sistem ini, ada baiknya untuk mulai mempelajari dan mempertimbangkannya.
Apa Itu Pembelajaran Hybrid?
Sebelum mulai mengenal lebih jauh, ada baiknya Anda memahami terlebih dahulu pengertian pembelajaran hybrid dan ruang lingkupnya.
Definisi
Pembelajaran hybrid (Hybrid Learning) adalah tata cara pembelajaran yang menggabungkan sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM) konvensional dan belajar online dalam sebuah program belajar. Teknis gabungannya bisa sangat bervariasi, tergantung pada kebutuhan dan keadaan masing-masing program.
Hybrid vs Blended Learning
Beberapa pihak menggunakan istilah Blended Learning untuk menyebut sistem pembelajaran campuran ini. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa keduanya adalah praktik yang berbeda. Hingga saat ini, memang belum ada konsensus yang secara spesifik mengatur definisi dan lingkup sistem pembelajaran blended maupun hybrid.
Blended learning bisa diartikan sebagai teknik belajar campuran, yang mana tidak ada batasan mengenai metode apa saja yang digunakan dalam sebuah program. Sementara, hybrid learning secara spesifik mengacu pada kombinasi online dan offline secara bergantian dalam sebuah susunan program.
Sejarah Hybrid Learning
Jauh sebelum tersedia gadget dan platform kelas digital, pembelajaran berbasis teknologi sudah mulai dikembangkan sejak sekitar tahun 1960-1970 dimana guru menyampaikan instruksi melalui komputer mini. Konsep technology-based learning pun berkembang pesat sejak populernya penggunaan CD-ROM di era 1990 an sebagai sarana belajar, baik di kelas maupun mandiri.
Praktek pembelajaran berbasis komputer dan internet pun semakin pesat berkembang sejak saat itu. Berbagai institusi pendidikan mulai membuat website sebagai bahan ajar dan suplementasi belajar. Lama-kelamaan, konsep video call dan video conference pun menjadi makin mudah.
Akan tetapi, tren ini baru benar-benar meledak ketika pandemi mulai melanda. Untungnya, praktek pembelajaran campuran ini mendatangkan banyak manfaat, meskipun awalnya orang-orang hanya melakukannya karena terpaksa oleh keadaan.
Seberapa Efektif Pembelajaran Hybrid?
Athabasca University telah melakukan meta-analisis secara komprehensif pada 2015 silam tentang keefektifan pembelajaran hybrid dengan mengkaji berbagai riset berbasis fakta yang sudah ada. Studi tersebut menyimpulkan bahwa murid di pembelajaran hybrid memiliki pencapaian yang lebih tinggi ketimbang murid pada sistem online penuh dan tatap muka penuh.
Kesimpulan senada juga disampaikan oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat jauh sebelumnya, yaitu di tahun 2010. Di negara tersebut, beberapa institusi pendidikan sudah banyak memanfaatkan teknologi digital dan akses internet sebagai sarana kegiatan belajar mengajar.
Riset terbaru dari Zhejiang Gongshang University pada 2020 pun menunjukkan hasil serupa. Studi kualitatif ini boleh dikatakan lebih valid karena menilik langsung pada praktek pembelajaran hybrid yang umum dilakukan selama pandemi Covid-19. Lebih spesifiknya lagi, studi ini menyimpulkan juga bahwa kunci dari tingginya keefektifan pembelajaran campuran terletak pada bagaimana sistem ini bisa meningkatkan motivasi belajar murid secara signifikan.
Model Pembelajaran Hybrid
Teknis pencampuran metode belajar online dan tatap muka bisa sangat fleksibel. Pihak sekolah biasanya yang mengatur porsi dan metodenya masing-masing sesuai keadaan. Berikut adalah beberapa contoh model pembelajaran hybrid yang paling umum dipraktekkan:
Face-to-Face Driver
Dalam model face-to-face driver, pembelajaran utamanya masih didominasi oleh kegiatan tatap muka konvensional. Teknis belajar online dalam model ini hanya berperan sebagai supplemental learning atau tambahan belajar. Misalnya, suatu program belajar dengan jadwal kelas tatap muka tiap hari, namun murid masih mendapat pekerjaan rumah berupa kuis online atau jam tambahan online sesekali. Model ini biasanya dipakai oleh lembaga pendidikan yang baru mengenal teknologi, namun belum mampu memanfaatkannya secara maksimal.
Flex
Pembelajaran hybrid flex atau hyflex memusatkan proses belajarnya dengan sistem online, sehingga kelas tatap muka hanya bersifat sebagai penunjang yang tidak wajib. Kegiatan belajar online yang disediakan pun beragam, mulai dari video presentasi, games digital, kuis online, hingga kelas live. Model ini dinilai sebagai sistem pembelajaran modern yang kiranya akan semakin populer di masa depan. Pasalnya, cara belajar seperti ini memberikan kesempatan bagi murid-murid dengan lokasi yang jauh untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.
Rotation
Praktek belajar hybrid dengan sistem rotasi maksudnya adalah murid secara bergiliran menghadiri kelas online dan offline. Giliran dan pola rotasi biasanya sudah ditentukan dan berlaku secara rutin. Model ini tergolong yang paling umum diterapkan selama pandemi Covid-19 sebagai alternatif darurat dari sistem belajar tatap muka konvensional.
Flipped
Pada model flipped hybrid learning, platform online digunakan sebagai sarana belajar pembuka, misalnya untuk memahami teori atau konsep suatu topik. Selanjutnya, kegiatan belajar dilanjutkan secara tatap muka, misalnya dengan praktikum di kelas fisik. Cara seperti ini cocok untuk pelatihan atau pelajaran yang bersifat teknis.
Project-Based
Belajar hybrid berbasis proyek adalah tata cara belajar dimana murid mengerjakan suatu proyek khusus secara offline, namun koordinasi kuncinya dilakukan secara offline. Misalnya, pengenalan materi dan penyampaian detail tugas disampaikan dalam platform digital, baik itu kelas live atau file sharing. Kemudian, murid bisa mengerjakannya di rumah agar lebih bebas, atau di sekolah jika membutuhkan bantuan langsung dari guru. Presentasi dan penilaian nantinya kembali dilakukan secara online.
Mastery-Based
Pada model mastey-based, pembagian porsi antara online dan offline sepenuhnya bergantung pada bidang studi yang diajarkan. Pihak penyelenggara pendidikan bertanggung jawab untuk memilah kegiatan apa saja yang sebaiknya dilakukan secara online, dan mana yang akan lebih efektif bila dilakukan langsung di kelas. Konsep belajar ini umumnya diadopsi oleh pihak universitas, lembaga pelatihan, serta lembaga kursus.
Self-Directed
Sesuai dengan namanya, pembelajaran hybrid ini bersifat diatur secara mandiri. Murid dibebaskan memilih antara berbagai kegiatan kelas online dan offline sesuai kebutuhan dan kemampuannya sendiri. Model ini menawarkan fleksibilitas yang sangat tinggi, baik dari segi waktu maupun kemampuan murid itu sendiri. Biasanya, model ini digunakan untuk sekolah non-formal, lembaga kursus, atau lembaga homeschooling.
Manfaat Pembelajaran Hybrid
Secara garis besar, metode blended atau hybrid learning dinilai menguntungkan karena mencakup kelebihan metode online dan tatap muka, dengan sekaligus menetralkan kelemahan masing-masing metode. Lebih detailnya lagi, berikut adalah beberapa contohnya:
Keamanan
Dilema yang ada selama pandemi Covid-19 adalah adanya resiko learning loss dari sistem belajar online yang belum siap serta resiko penularan jika dipaksakan pertemuan tatap muka rutin setiap hari seperti biasa. Dengan adanya konsep hybrid learning, pihak sekolah bisa mengambil jalan tengah yang cukup efektif untuk menghindar dari dua resiko tersebut.
Faktor keamanan juga berlaku pada aspek keamanan fisik. Dengan maraknya kasus penculikan anak dan kecelakaan di jalan, para murid bisa lebih aman karena mereka jadi lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah.
Keluangan Waktu
Baik guru atau murid lebih bebas mengatur jadwal hariannya, terutama untuk proses belajar online yang bukan berupa kelas live. Bahkan, saat ini banyak juga sekolah online yang menyediakan rekaman belajar untuk memfasilitasi para murid yang tidak sempat online pada jadwalnya. Durasi kelas yang pendek pun membuat seluruh partisipan memiliki lebih banyak waktu luang untuk melakukan hal lain.
Hemat Biaya
Dari sisi sekolah, pembelajaran hybrid mengurangi kebutuhan untuk menyediakan ruang kelas beserta berbagai sarana dan prasarananya. Hal tersebut tentunya juga berdampak positif pada biaya belajar yang dibebankan ke orang tua murid. Selain itu, baik guru, murid, dan karyawan sekolah pun bisa menghemat berbagai biaya pribadi, misalnya transportasi, uang jajan, sepatu, dan tas.
Kemudahan Lokasi
Kebutuhan kelas tatap muka yang minim akan sangat mengurangi beban transportasi yang biasanya sangat menghabiskan biaya dan waktu. Lebih menariknya lagi, baik murid atau guru masih bisa bepergian keluar kota dengan santai tanpa harus khawatir ketinggalan kelasnya. Mereka hanya perlu membawa perangkat dan menyiapkan koneksi internet kemanapun mereka pergi.
Variasi Kegiatan
Sistem hybrid tidak terbatas pada kelas tatap muka tradisional dan kelas live reguler saja. Ada berbagai banyak variasi kegiatan yang bisa dilakukan baik secara online maupun offline dan digital maupun fisik. Ragam kegiatan ini akan membuat pengalaman belajar menjadi tidak membosankan, semakin memotivasi murid, dan semakin mempermudah murid untuk memahami materinya secara lebih luas dan mendalam.
Kurikulum Lebih Ringkas
Pembelajaran hybrid biasanya memiliki susunan kurikulum yang lebih ramping ketimbang pembelajaran konvensional. Ini berarti para murid bisa belajar dengan lebih santai dan bebas dari resiko stress. Mereka juga memiliki lebih banyak waktu luang yang bisa mereka gunakan untuk bermain ataupun mengambil program belajar tambahan.
Fleksibilitas
Berbagai kemudahan di atas pun menawarkan fleksibilitas pengalaman belajar yang sangat memudahkan, baik bagi guru maupun murid. Masing-masing dapat mengatur kegiatan harian mereka dengan menyesuaikan jadwal kelas online dan offline. Anak-anak yang ingin ikut orang tuanya dinas ke luar kota di hari sekolah pun masih sangat memungkinkan.
Kesempatan Berkembang
Fleksibilitas juga termasuk dalam aspek kurikulum dan pengembangannya. Para murid yang kesulitan memahami pelajaran bisa mengulang-ngulang materinya secara mandiri di waktu luang mereka. Sebaliknya, murid dengan IQ tinggi pun bisa mengembangkan pengetahuannya dengan menggali lebih dalam setiap topik yang diajarkan.
Meningkatkan Literasi Digital
Menjamurnya praktek pembelajaran hybrid telah memaksa banyak guru yang awalnya gagap teknologi untuk belajar mengoperasikan komputer dan mengakses internet. Dan jika sistem pembelajaran ini dilaksanakan secara permanen, maka para guru pun akan termotivasi untuk terus berkembang mengikuti perkembangan jaman. Selain guru, orang tua murid pun juga terdorong untuk lebih melek dengan teknologi.
Interaksi Lebih Berkualitas
Kuantitas interaksi antar murid memang tidak sebanyak saat belajar tatap muka penuh. Namun, secara kualitas, interaksi mereka cenderung lebih kuat. Minimnya pertemuan langsung mengurangi resiko bullying atau tekanan sosial yang berakar pada perbedaan keadaan ekonomi. Interaksi antar murid pada sistem belajar hybrid terlihat jauh lebih positif dan banyak terfokus pada pelajaran.
Pembelajaran hybrid bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan. Praktek ini telah lama ada jauh sebelum pandemi, meskipun intensitasnya masih sangat jarang waktu itu. Banyak pihak yang meramalkan bahwa metode seperti ini pelan-pelan akan mendisrupsi metode pembelajaran konvensional yang kaku dan boros. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mencobanya.